Jumat, 07 November 2014

BERSAHABAT DENGAN STRES

Stres
dan Stres
Lagi-lagi Stress


 Apakah stres itu? 
Sebetulnya apakah stres itu? Stres merupakan reaksi peringatan bahaya pada tubuh baik secara fisik maupun secara psikologis. Secara fisik stres umumnya bersifat objektif yaitu hampir sama untuk semua orang namun secara psikologis stres bersifat lebih subjektif yaitu tergantung persepsi masing-masing orang. Stres dalam kadar tertentu diperlukan oleh tubuh sehingga tubuh dapat berespon dengan benar untuk mengantisipasi bahaya. Respon ini dikenal sebagai respon “fight” (bertahan dan berjuang) atau “flight” (melarikan diri dari bahaya). Hal yang memicu timbulnya stres dikenal sebagai stresor.
Dalam kondisi stres baik psikis maupun fisik, otak akan memicu pengeluaran faktor stres. Faktor stres kemudian akan mempengaruhi beberapa kelenjar dalam tubuh untuk mengeluarkan hormon stres di dalam tubuh. Hormon stres ini diperlukan untuk mencegah terjadinya kerusakan dan mempersiapkan suatu aksi tertentu untuk melindungi tubuh. Hormon stres yang banyak beredar di dalam tubuh bernama kortisol yaitu hormon yang dikeluarkan oleh kelenjar anak ginjal. Hormon stres kortisol akan memicu sistem persarafan simpatis yaitu sistem saraf yang bertanggung jawab dalam meningkatnya denyut jantung dan laju pernapasan, meningkatnya tekanan darah, relaksasi otot usus, membesarnya ukuran pupil mata, hingga meningkatnya kadar gula darah dalam tubuh.
Reaksi stres
Dalam jangka waktu yang diperlukan, yaitu selama tubuh memerlukan untuk mempertahankan dirinya, reaksi stres ini diperlukan namun bila stres berlangsung dalam jangka waktu panjang dan dibiarkan terus berlangsung maka di sini dapat timbul masalah-masalah fisik dari taraf ringan sampai berat. Stres fisik umumnya hanya menimbulkan reaksi stres yang singkat karena biasanya lebih disadari sementara stres psikologis sering kali menimbulkan reaksi stres berkepanjangan karena biasanya lebih sulit disadari atau pada suatu waktu kemudian disangkal oleh yang mengalaminya. Sementara baik stres fisik maupun psikis tetap memicu reaksi stres di dalam tubuh itu tadi meskipun disangkal oleh yang mengalaminya.
Kerusakan atau gangguan fisik yang dapat timbul pada tubuh ini dapat bervariasi, mulai dari menurunnya sistem pertahanan tubuh hingga orang tersebut menjadi sangat mudah sakit, gangguan metabolisme di dalam tubuh, hingga penyakit serius seperti munculnya perdarahan di berbagai organ tubuh. Cukup banyak penelitian kedokteran menyebutkan korelasi yang kuat antara kondisi stres yang tinggi dan berkepanjangan dengan penyakit berat seperti jantung dan kanker.
Salah satu kondisi yang umum terjadi dan sering dikonsultasikan pada bagian psikiatri adalah orang-orang yang tekanan darah atau kadar gula darahnya terus-menerus tinggi meski sudah diberikan dan minum berbagai macam obat antihipertensi atau obat-obat diabetes.
Seberapa berbahaya stres yang tidak berusaha diatasi

Saya menulis artikel ini dengan harapan agar banyak orang tidak menyepelekan stres psikis dibandingkan problema fisik. Kasus ini saya tangani sendiri di salah satu rumah sakit swasta tempat saya bekerja dahulu. Suatu hari di bulan Februari tahun ini, saya mendapatkan konsul dari bangsal rawat inap Anak. Kasusnya adalah seorang anak remaja berusia 13 tahun, dirawat sudah 3 kali di rumah sakit dengan riwayat BAB berulang hingga kadar hemoglobin yaitu zat pengikat oksigen di darah sangat drop dan membahayakan pasien. Darah yang keluar sering berwarna hitam sehingga dokter anak yang merawat memperkirakan bahwa perdarahan berasal dari saluran cerna bagian atas (lambung). Sudah dilakukan berbagai pemeriksaan laboratorium, CT Scan area perut, dan berbagai pemeriksaan canggih lainnya namun hasilnya semua normal. Sudah diperiksakan juga ke bagian hematologi yang khusus menangani masalah pada darah dan hasilnya pun normal. Karena sudah putus asa, orang tua si anak kemudian minta kepada dokter anak yang merawat untuk konsul ke psikiater. Mereka merasa jangan-jangan ada kaitannya stres psikis dengan kondisi perdarahan yang terjadi pada anak mereka. Kasus perdarahan ini selalu berulang setiap si anak mengalami stres hebat di sekolah, entah mau ulangan kenaikan kelas, dan tes-tes lainnya. Akhirnya saya memeriksa pasien. Dari pemeriksaan terlihat sekali anak ini sangat pencemas, depresi atipikal, dan sangat perfeksionis dan dia terbiasa untuk bersikap tidak boleh gagal. Orang tuanya pun sangat menekankan mengenai prestasi belajar di sekolah dan sangat bersifat menuntut. Saya melakukan psikoterapi pada si anak dengan mengurangi sikap perfeksionistik serta penerimaan si anak terhadap kegagalan dan anti depresan rutin selama sekitar tujuh bulan. Pada orang tua pun saya menekankan pentingnya bersikap suportif, memodifikasi perilaku mereka untuk mengurangi sikap menekan dan menjadi stresor bagi si anak. Selama masa itu, terlihat perubahan cukup signifikan dan ketika musim ujian atau saat ia stres dengan kondisi lingkungan, si anak sudah tidak pernah lagi mengalami perdarahan sama sekali. Saya sendiri cukup banyak belajar dari kasus ini dan melihat betapa bahayanya stres yang dibiarkan berkelanjutan.

Cara sederhana berhadapan dengan stres

Baiklah, sebelum stres menyebabkan gangguan fisik maka ada baiknya kita belajar bagaimana mengatasi stres dengan cara-cara sederhana. Yang pertama bisa dilakukan adalah istirahat dengan teratur. Pada penelitian telah dibuktikan bahwa orang yang kurang istirahat cenderung lebih mudah stres dibandingkan orang yang cukup dalam istirahatnya. Yang kedua, mengembangkan sikap antisipasi, misalnya mempersiapkan diri untuk rapat dan liburan dengan benar atau hal-hal lainnya. Ketiga mengerjakan hobi, karena mengerjakan kegiatan yang disukai terbukti dapat memicu hormon endorfin di dalam tubuh dan hormon ini dapat menenangkan dan merilekskan tubuh secara alami. Selanjutnya Keempat berolahraga dengan mendengarkan alunan musik semangat. 

Kapan perlu bantuan?

Mengatasi stres sebetulnya merupakan ketrampilan yang dapat dikembangkan oleh setiap orang dengan latihan dan pengalaman. Bila mana sudah mencoba mengatasi stres sendirian namun stres tetap berlangsung maka sebaiknya mencari orang lain untuk menceritakan problema kita karena penelitian menunjukan bercerita tentang masalah yang dihadapi dapat menurunkan tingkat stres secara signifikan. Bila mana hal ini belum cukup maka barulah mencari bantuan profesional sebelum stres mengakibatkan gangguan fisik dan psikis. Kiranya artikel ini dapat memberikan tambahan pengetahuan dan manfaat dalam mengenali dan menatalaksana stres.

Jujur saja, ada kalanya lingkungan kerja sedang tidak bersahabat. Entah itu, karena kerjaan menumpuk, bos marah-marah, atau ada rekan kerja yang tidak bisa diajak bekerja sama. Pastinya, hal-hal itu bikin stres dan mood merosot.



Tak hanya di kantor, rutinitas di rumah juga mampu memicu stres. Seperti, masalah dengan suami suami, anak, atau soal kebutuhan sehari-hari.

Jika itu terjadi, cobalah untuk meredam serangan sres di kantor dan di rumah dengan trik manjur menenangkan diri, seperti dikutip dari laman Times of India.

1. Hidup untuk hari ini
Jangan terlalu khawatir mengenai apa yang akan terjadi esok hari. Nikmati momen-momen yang terjadi pada Anda hari ini, pikirkan dengan bijak setiap keputusan yang Anda buat hari ini.

2. Gunakan 3 jam waktu Anda setiap minggu
Sisakan setidaknya 3 jam dalam aktivitas Anda selama seminggu untuk menjalani aktivitas favorit Anda. Gunakan waktu tersebut untuk melakukan hobi yang sudah lama tidak dilakukan karena tekanan pada rutinitas. Jangan biarkan pekerjaan 'mencuri' 3 jam tersebut, karena 3 jam pun sangat berarti untuk memberikan Anda energi baru.

3. Gunakan waktu di pagi hari untuk selesaikan tugas berat
Kerjakanlah tugas berat Anda di pagi hari karena biasanya Anda merasa sangat segar dan memiliki energi yang ukup untuk berkonsenterasi. Lihatlah proyek besar Anda yang harus Anda selesaikan satu per satu.

4. Bisa berkata "tidak"
Jika Anda sudah merasa sangat terbebani tugas yang dibebankan kepada Anda, jangan ragu untuk menolak tugas baru yang diberikan atasan. Anda juga memiliki batasan dalam bekerja.

5. Berhenti sejenak
Dalam bekerja, Anda harus mengetahui kapan waktunya Anda bekerja atau berhenti dan mencoba berkonsetrasi kembali untuk bekerja. Jika Anda sudah merasa tertekan dengan tugas yang dibebankan pada Anda, berhentilah beberapa menit untuk mengambil napas dalam-dalam atau sekadar ke toilet.

6. Berjalan 5 menit
Lakukan aktivitas ini sambil berpikir fokus pada langkah Anda selanjutnya. Jalanlah keluar ruangan, ayunkan tangan Anda, dan tarik napas panjang dapat meningkatkan energi. Lakukan sambil bernapas secara perlahan membantu Anda menenangkan pikiran Anda.

7. Tetap humoris
Tertawa setidaknya satu kali per hari, atau lebih baik dengan suara yang kerasa dan lebih sering lagi dapat menghilangkan ketegangan pada tubuh. Sebuah penelitian membuktikan bahwa penderita sakit kronis merasa sehat dalam beberapa minggu karena tertawa beberapa kali sehari.

Tidak ada komentar: